Social Icons

Sabtu, 16 November 2013

Harga Pokok Penjualan

Pengertian dan Konsep Metode Harga Pokok Penjualan
      Harga pokok penjualan dikenal dengan nama singkatnya “HPP” adalah salah satu komponen dari laporan laba rugi,  yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam mengendalikan operasional perusahaan. Bila berbicara mengenai HPP, kita temukan 3 macam harga pokok yaitu harga pokok persediaan, harga pokok produksi dan harga pokok penjualan. Ketiganya adalah komponen yang yang saling terkait namun bila kita mendengar perkataan HPP, maka kita harus konsen mana yang dimaksudkan. Permasalahan itu timbul karena perbedaan kebutuhan masing-masing tingkat manajemen. Manajer bagian pembelian (Purchase Manager) lebih fokus pada harga pokok persediaan, manajer produksi (production manager) atau manajer operasional (Operation Manager) lebih focus  pada harga pokok produksi. Manajemen tingkat puncak tentunya akan lebih cenderung focus pada harga pokok penjualan.
     Komponen yang paling besar dalam operasional perusahaan pada perusahaan dagang maupun perusahaan industri adalah persediaan. Karena harga pokok persediaan adalah bagian dari persediaan yang telah digunakan, Jadi perhatian lebih besar ditujukan pada harga pokok persediaan cukup beralasan. Namun hal itu tidak  cukup bagi manajer operasional karena komponen biaya produksi baik biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead pabrik juga merupakan komponen penting yang berada dalam ruang lingkup tugasnya. Karena itu manajer produksi atau manajer operasional pada perusahaan industri akan focus pada harga pokok produksi yaitu Harga pokok persediaan ditambah biaya produksi. Perusahaan Jasa tidak memiliki kedua komponen tersebut sehingga pada perusahaan jasa jelas hanya harga pokok yang terdiri dari biaya biaya operasional.
Walaupun harga pokok adalah bagian dari laporan laba rugi namun laporan harga pokok juga dilaporkan secara terpisah. Bentuk laporan harga pokok disesuaikan dengan kebutuhan manajemen dan metode akuntansi yang dipilih. Metode pepertual inventory adalah metode yang banyak digunakan pada system akuntansi computer namun masih banyak akuntan yang sangat familiar dengan metode Phisikal Inventori.  Metode phisikal inventori semakin ditinggalkan karena system akuntansi computer dengan metode perpetual dapat memberikan informasi setiap saat tanpa harus menunggu perhitungan fisik persediaan bahkan dapat menampilkan hasil perhitungan harga pokok untuk suatu product yang akan diproduksi. Dengan demikian diperoleh laporan harga pokok dalam bentuk rencana dan laporan harga pokok realisasi.

Metode pengumpulan harga pokok produksi
Pembuatan suatu produk mempunyai dua kelompok biaya, yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya–biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya–biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi, yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok produk.
Pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi, menurut Mulyadi, secara garis besar cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1.Produksi atas dasar pesanan
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan (job order cost method).Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
2.Produksi massa
Perusahaan yang berproduksi massa, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok proses (process cost method).Dalam hal ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan (Mulyadi, 2002 : 18)

Berdasarkan pengertian dari kedua metode penentuan harga pokok produksi tersebut, dapat digambarkan perbedaan karakteristik antara keduanya seperti dalam tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1.
Perbedaan antara Harga Pokok Pesanan dan Harga Pokok Massa
Segi Perbedaan
Metode Harga pokok Pesanan
Metode Harga Pokok Massa
Dasar kegiatan produksi
Pesanan langganan
Budget produksi
Tujuan produksi
Untuk melayani pesanan
Untuk persediaan yang akan dijual
Bentuk produk
Tergantung dari spesifikasi pemesan  & dapat dipisahkan identitasnya
Homogin dan standar
Biaya produksi dikumpulkan
Setiap pesanan
Setiap satuan waktu
Kapan biaya produksi dihitung
Pada saat suatu pesanan selesai
Pada akhir periode/satuan waktu
Menghitung harga pokok
Harga pokok pesanan tertentu
Harga pokok periode tertentu
Jumlah produk pesanan yang bersangkutan
Jumlah produk periode yang bersangkutan
Contoh perusahaan
Percetakan,kontraktor, konsultan, kantor akuntan
Semen,kertas,tekstil, petrokimia, air minum

Metode Perhitungan Harga Pokok produksi
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan full costing dan pendekatan variable costing.
1) Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya adminisrtrasi dan umum).

2) Variable Costing
Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku , biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Harga produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) di tambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel dan baiaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap ).
(Mulyadi, 2002 : 18).

Laporan Harga Pokok
Setelah melakukan pengumpulan data mengenai harga pokok dan juga telah menentukan metode perhitunganya maka disusunlah sebuah laporan harga pokok.
Laporan harga pokok adalah sebuah kertas kerja berupa perhitungan secara sistematis. Pada sistem akuntansi manual biasanya hanya ditampilkan secara periodik namun sistem akuntansi komputer dengan menerapkan metode perpetual inventory dapat menghasilkan informasi secara visual kapan saja. Hal ini dapat dilakukan karena metode perpetual melakukan perhitungan berdasarkan transakasi yang telah di catat ke sistem komputer sedangkan metode phisik melakukan perhitungan berdasarkan selisih antara persediaan awal ditambah  mutasi  dan dikurangi dengan sisa. Untuk mendapatkan sisa tentunya melalui perhitungan Phisik. Metode Phisik biasanya hanya menampilkan HPP secara keseluruhan pada satu periode tertentu sedangkan metode perpetual menghasilkan laporan HPP secara spesifik misalnya untuk satu produk tertentu.

Perhitungan biaya produksi dan perhitungan harga pokok produk dalam proses supaya bisa dianalisis kegiatannya selama periode tertentu, maka harus disusun laporan biaya produksi yang biasanya di bagi menjadi 3 (tiga) bagian :

1.      Biaya bahan baku
Bahan baku adalah bahan untuk dasar pembuatan barang jadi. Untuk kepentingan akuntansi bahan baku dibedakan menjadi:
-      Bahan baku langsung: bahan yang jadi bagian menyeluruh produk jadi. Misalnya perusahaan furnitur dari kayu, bahan bakunya kayu.
-         Bahan baku tidak langsung: bahan yang tidak jadi bagian atau hanya bagian kecil dari produk. Misal kertas penghalus kayu, dsb.
2.      Biaya tenaga kerja. Biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan bahan baku menjadi bahan jadi. Dikelompokkan menjadi:
-      Biaya tenaga kerja langsung: Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja langsung menangani pembuatan dari bahan baku sampai bahan jadi
-          Baiya tenaga kerja tidak langsung: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pekerja yan gtidak langsung terlibat dalam pembuatan produk. Misal upah bagian kebersihan pabrik.

3.      Biaya overhead pabrik
Seluruh biaya yang digunakan untuk membuat barang jadi selain biaya material langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Dikelompokkan menjadi:

-          Biaya bahan penolong. Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi, atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tapi nilainya relatif kecil.
-      Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa pemakaian suku cadang atau persediaan lain serta pembelian jasa pihak luar perusahaan untuk perbaikan dan pemeliharaan bangunan pabrik, mesin, peralatan, dan aktiva tetap lain untuk pabrik.
-             Biaya tenaga kerja tidak langsung
-         Beban biaya karena penilaian terhadap aktiva tetap. Meliputi: biaya penyusutan (pabrik, mesin dan perlengkapan, kendaraan, alat kerja, dsb).
-            Beban biaya kerena berlalunya waktu, seperti biaya asuransi.

Laporan harga pokok bisa berbeda tergantung dari jenis perusahaannya, karena ada beberapa akun yang tidak ada disalah satu perusahaan, misalnya laporan harga pokok pada perusahaan dagang lebih singkat dibanding laporan harga pokok perusahaan manufaktur atau perusahaan yang memproduksi barang sendiri.
Oleh sebab itu pada perusahaan dagang tidak ada proses produksi, yang ada hanya pembelian, persediaan, dan penjualan. Sedangkan pada perusahaan manufaktur memiliki lebih banyak komponen untuk memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi, sehingga akun dalam laporan harga pokok perusahaan manufaktur lebih banyak.
Berikut ini adalah contoh laporan harga pokok pada Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur.


Berikut ini adalah contoh sebuah laporan harga pokok sebuah perusahaan bernama PT. Prima Jaya. Perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi mabel. Perusahaan ini mengolah atau memproses bahan mentah yaitu kayu menjadi produk-produk mabel, seperti meja, kursi, lemari, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jumlah pengunjung