BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002). Suatu proses sistematik artinya
suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berangka dan terorganisasi.
Proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan
yang dibuat oleh individu atau badan usaha.
Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan
kejadian ekonomi adalah hasil proses akuntansi. Pengumpulan bukti mengenai
pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti dimaksudkan untuk
menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai
pernyataan dapat berupa peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif,
anggaran atau ukuran prestasi lain yang telah ditetapkan oleh manajemen,
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Penyampaian hasil auditing
sering disebut dengan atestasi dan dilakukan secara tertulis dalam
bentuk laporan audit kepada pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit
tersebut.
Meskipun berbagai macam tipe audit dilaksanakan, sebagian besar audit
menekankan pada sistem informasi akuntansi dalam suatu organisasi dan
pencatatan keuangan dan pelaksanaan operasi organisasi yang efektif dan
efisien.
BAB II
DAMPAK KOMPUTERISASI PADA PROSEDUR AUDIT
A.
DAMPAK KOMPUTERISASI PADA PROSEDUR AUDIT
Dampak
komputerisasi terhadap prosedur audit adalah sebagai berikut :
1.
Audit yang melibatkan sistem informasi akuntansi dipengaruhi oleh metode-metode
pemrosesan. Luasnya pemrosesan komputer yang digunakan dalam aplikasi
pengauditan yang signifikan, seperti halnya kompleksitas pemrosesan, mungkin
juga mempengaruhi sifat, waktu dan luasnya prosedur audit.
2.
Suatu sistem yang berbasis komputer tidak menyediakan suatu audit trails yang
kelihatan secara kasat mata.
3.
Sistem pemrosesan real time menyebabkan bertambahnya kesulitan dalam
fungsi pengauditan tanpa dokumen-dokumen sumber.
4.
Memungkinkan terjadinya overwrite atas pencatatan pada periode yang
bersangkutan.
5.
Peralatan hardware atau software komputer dapat dengan mudah dicuri dan diakses
oleh orang yang tidak berwenang.
6.
Paket-paket software komputer seringkali tidak mencukupi untuk diadakan
pengujian ataupun pengecekan secara terprogram.
7.
Jaringan komputer mentransmisikan data secara luas, sehingga sangat riskan
terhadap kerusakan dan akses data yang tidak diotorisasi.
Selama
kondisi-kondisi ini mempengaruhi struktur pengendalian internal, maka akan
berpengaruh juga terhadap proses audit.
B.
PENDEKATAN SIKLUS TRANSAKSI DALAM PENGAUDITAN
tahap-tahap
audit tersebut.
1. PERENCANAAN AUDIT PENDAHULUAN
Tahap pertama ini untuk menentukan kebutuhan audit serta
menetapkan cakupan dan tujuan audit. Langkah selanjutnya mencari informasi
mengenai industri perusahaan, meneliti kertas kerja tahun sebelumnya,
mempersiapkan program audit, memperoleh pemahaman mengenai bisnis perusahaan
dan mempersiapkan prosedur analitis. Prosedur analitis adalah tes untuk menguji
hubungan antara data keuangan dan non keuangan dan untuk menyelidiki
ketidakkonsistenan yang material.
2.
REVIEW PENDAHULUAN TERHADAP STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL
Kegiatan
yang dilakukan adalah:
a.
Pemeriksaan, Dokumentasi, dan Penilaian Sistem Pengendalian Internal. Auditor harus memahami terlebih dahulu mengenai sistem
pengendalian internal perusahaan. Dengan pemahaman tersebut, auditor dapat
menilai kekuatan dan kelemahan sistem pengendalian internal. Auditor sebaiknya
menggunakan berbagai teknik untuk mengumpulkan fakta, seperti memeriksa kembali
catatan dan dokumen, mengamati kegiatan, interview dengan personel inti dan
memberikan kuisioner.
b.
Menilai dan Mengelompokkan Tingkat Resiko Pengendalian. Terdapat beberapa langkah :
1. Auditor melakukan
penilaian pendahuluan berkaitan dengan keefektifan operasi dalam struktur
pengendalian internal dan pengendalian khusus yang diterapkan dalam SAI harus
diidentifikasi.
2. Auditor harus membuat judgement
(penilaian) agar pengendalian internal yang diimplementasikan adalah
pengendalian yang kritis dan mereka dapat bekerja sesuai yang ditentukan oleh
manajemen.
3. Auditor harus menilai
setiap kekuatan pengendalian internal, sehingga risiko pengendalian dapat
diperkirakan. Pada tingkat di mana risiko itu berada dalam suatu kisaran yang
dapat diterima, auditor mempersiapkan program audit yang menunjukkan langkah
pengujian kekuatan pengendalian yang terkait.
Resiko
pengendalian diartikan sebagai risiko yang menunjukkan pernyataan salah secara
material dalam asersi-asersi yang mengarah pada kesalahan yang signifikan dalam
laporan keuangan.
c.
Keefektifan Biaya dalam Pengujian Pengendalian. Pengujian terhadap risiko pengendalian pendahuluan harus
mempertimbangkan faktor biaya. Oleh karena itu alternatif yang mungkin bisa
dilakukan oleh seseorang dengan adanya audit lebih memperluas prosedur
pengujian substanstif.
C.
PENGUJIAN PENGENDALIAN DALAM AUDIT
Kegiatan
yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
1. Melakukan Pengujian
Pengendalian. Pengujian pengendalian adalah pengumpulan bukti-bukti yang
berfungsi secara efektif dan konsisten.
2. Mengevaluasi Pengujian
Pengendalian yang diperoleh. Setelah memperoleh hasil-hasil pengujian, auditor
dapat mengevaluasi efektifitas operasional dari sistem pengendalian internal.
Bukti tersebut mendukung penemuan audit untuk tiap-tiap siklus transaksi yang
dievaluasi. Evaluasi yang dihasilkan ini menunjukkan judgement auditor
yang terbaik berkaitan dengan (a) memadainya pengendalian yang diamati dan (b)
kemampuan menemukan ketidakcukupan hasil pengujian.
3. Penilaian Akhir terhadap
Risiko Pengendalian. Berdasarkan evaluasi di atas auditor menilai tingkat
risiko pengendalian tertentu untuk tiap-tiap kelompok transaksi yang utama.
Tingkat risiko pengendalian akhir memberikan dasar untuk memperkirakan tingkat
risiko yang terdeteksi yang akan datang, sifat, waktu, serta luasnya prosedur
pengujian substantif.
4. Mengembangkan Program
Audit Final. Program audit meliputi prosedur-prosedur khusus yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan audit. Auditor menyatakan sifat dan prosedur pengujian
yang menunjukkan luas dan waktu dibutuhkan
D.
PENGUJIAN SUBSTANTIF
Langkah-langkahnya
adalah:
1. Memilih dan Melaksanakan
Pengujian Substanstif. Pengujian substantiv merupakan bagian terbesar dari
program audit.Tujuan dari pengujian substantiv dalam audit keuangan adalah
untuk memberikan asersi laporan keuangan yang valid yang dibuat oleh manajemen.
Tiga pengujian substantiv tersebut adalah: (1) melakukan prosedur analitis
final, (2) menguji rekening neraca, (3) menguji secara rinci kelompok-kelompok
transaksi. Jumlah pengujian substantiv didasarkan pada risiko terdeteksi final
untuk tiap-tiap golongan transaksi utama.
2. Mengevaluasi Pengujian
Substantif. Dalam evaluasi ini, hasil pengujian yang dapat diterima, untuk
meminimalisasi kemungkinan kesalahan-kesalahan yang material dan pernyataan
yang salah dalam asersi laporan keuangan. Hasil pengujian yang tidak dapat
diterima memerlukan penambahan sample dalam transaksi sebelum audit
dapat diselesaikan.
E.
PELAPORAN AUDIT
Tahap
final audit ini adalah untuk memberikan laporan audit berkaitan dengan
permasalahan yang ada di perusahaan.Langkah-langkahnya adalah:
BAB III
KAJIAN TEORITIS
A. TEKNIK DAN PENDEKATAN
PENGAUDITAN BERBASIS KOMPUTER
Teknik yang spesifik hanya diaplikasikan untuk sistem
informasi pemrosesan transaksi secara otomatis.Teknik ini dapat digunakan untuk
pengujian pengendalian atau pengujian substantif. Namun begitu, sistem ini
tidak bisa menggunakan sistem flowchart, data flow diagram dan kuisioner dalam
mereview struktur pengendalian intern. Tiga teknik pengujian yang berbasis
komputer, yaitu pengauditan sekitar komputer, pengauditan melalui komputer,
pengauditan dengan menggunakan komputer. Auditor intern dan ekstern dapat
menggunakan tiga teknik pendekatan ini secara efektif.
A.1.
Pengauditan Sekitar Komputer
Pendekatan
pengauditan sekitar komputer (auditing around the computer)
memperlakukan komputer sebagai “kotak hitam”. Pendekatan ini difokuskan pada
input dan outputnya. Asumsi yang mendasari pendekatan ini yaitu jika auditor
dapat menunjukkan output yang aktual adalah hasil yang benar yang diharapkan
dari sekumpulan input untuk sistem pemrosesan, maka pemrosesan komputer harus
difungsikan menggunakan cara yang andal. Teknik yang penting dalam
pendekatan ini meliputi penelusuran dan pemilihan transaksi dari dokuman sumber
untuk meringkas transaksi dan catatan serta sebaliknya. Pendekatan pengauditan
sekitar komputer adalah non processing data method. Auditor tidak
menyiapkan simulated data transaction atau menggunakan file-file auditee
yang aktual untuk memprosesnya dengan program komputer auditee. Pendekatan
sekitar komputer akan tepat, jika kondisi berikut ini terpenuhi :
a. Audit trail lengkap dan visible. Oleh karena itu dokumen
sumber digunakan untuk semua transaksi, jurnal-jurnal terinci dicetak dan
referensi transaksi dipindahkan dari jurnal ke buku besar dan laporan ringkas.
a. Pemrosesan operasi
yang secara relatif tidak rumit dan volumenya rendah.
b. Dokumennya lengkap,
seperti data flow diagram dan sistem flowchart, yang tersedia bagi auditor.
A.2.
Pengauditan Melalui Komputer
Karena
pendekatan sekitar komputer tidak mencukupi, pendekatan alternatif dibutuhkan
untuk pengauditan berbasis komputer (auditing through the computer),
yang secara langsung difokuskan pada tahap pemrosesan dan edit check,
serta programmed check. Pendekatan ini disebut dengan pengauditan
melalui komputer. Asumsi dari pendekatan ini adalah jika program dikembangkan
dengan menambah programmed check, kesalahan (error) dan ketidakberesan
akan dapat terdeteksi, sehingga dapat dikatakan dapat dipercaya.
Pendekatan pengauditan melalui komputer dapat diaplikasikan untuk semua sistem
otomatisasi pemrosesan yang kompleks. Bahkan jika biayanya efektif dan
memungkinkan, pendekatan sekitar komputer dan pengauditan melalui komputer
dapat dikerjakan untuk pekerjaan audit yang sama. Dengan mengerjakan secara
bersamaan, keuntungannya menjadi lebih besar dan tujuan audit dapat tercapai.
A. 3.
Pengauditan Dengan Menggunakan Komputer
Pendekatan
ini menggunakan komputer (auditing with the computer) untuk tujuan
pengerjaan tahap-tahap program audit yang terinci. Pendekatan ini juga
digunakan untuk mengotomatisasi aspek tertentu dalam proses pengauditan.
Komputer ditransformasikan pada audit scene selama mereka dapat
mengerjakan jumlah fungsi audit, seperti pengujian pengendalian dan pengujian
substantiv. Auditor dapat menggunakan paket-paket spreadsheet excel,
untuk menciptakan spreadsheet yang berisi laporan keuangan dari
perusahaan yang diaudit. Pengembangan yang lain adalah template, efek program
dan format on screen dengan menggunakan paket software spreadsheet.
Template ini memungkinkan auditor untuk mengerjakan tugas yang sebelumnya
dikerjakan secara manual. Template didesain untuk membantu menyiapkan
neraca,memelihara pengulangan pemasukan jurnal, mengevaluasi hasil sampel,
penjadwalan dan mengelola waktu auditor dalam audit lapangan, melaksanakan
pengujian yang masuk akal terhadap pengeluaran serta mengestimasi pengeluaran.
Pendekatan
pengauditan dengan komputer yang populer menggunakan software audit selama
pengujian substantif terhadap catatan dan file perusahaan. Software audit
secara umum terdiri dari kumpulan program rutin. Tipe software yang digunakan
yaitu generalized audit software (GAS) yang terdiri dari satu atau lebih
program rutin yang dapat diterapkan pada berbagai situasi dan berbagai tipe
organisasi.
B.
AUDIT OPERASIONAL DALAM DEPARTEMEN PEMROSESAN INFORMASI
B.1.
Sifat Audit Operasional Pemrosesan Data
Satu
tipe utama audit operasional meliputi pengauditan fungsi pemrosesan informasi.
Audit operasional pemrosesan data secara sistematis memperkirakan keefektifan
unit-unit dalam mencapai tujuan dan mengidentifikasikan kondisi yang dibutuhkan
untuk perbaikan. Pemrosesan data audit operasional mempunyai sifat yang luas
meliputi semua kegiatan departemen pemrosesan atau mungkin dihubungkan dengan
segmen khusus dalam kegiatan tersebut, tergantung pada tujuan manajemen.
B.2.
Situasi Yang Muncul Dalam Audit Operasional Pemrosesan Data
Dalam
hal pemrosesan data yang umumnya terjadi adalah:
B.3.
Proses Audit Operasional Pemrosesan Data
Tahap-tahap
yang dilaksanakan dalam audit progress : perencanaan audit, survei
pendahuluan, audit terinci dan pelaporan.
a. Tahap Perencanaan Audit.
Setiap audit menghendaki cakupan audit disesuaikan dengan tujuan audit.
Pentingnya cakupan audit adalah untuk memahami organisasi dan departemen
pemrosesan data yang akan diaudit.
b. Survei Pendahuluan. Survei
pendahuluan ini membantu auditor untuk mengidentifikasikan problem area dan
operasi ini penting untuk kesuksesan pengauditan departemen pemrosesan data.
Setelah survei pendahuluan, auditor dapat menentukan tingkat kompleksitas audit
operasional. Tahap pendahuluan dalam audit operasional merupakan dasar untuk
tahap pengujian audit terinci.
c. Tahap audit Terinci.
Kunci kegiatan untuk menguji dan mengevaluasi selama tahap audit terinci
meliputi: (1) Fungsi pengorganisasian pemrosesan informasi;(2) Praktek dan
kebijakan sumber daya manusia;(3) Pengoperasian komputer; (4) Pertimbangan
pengembangan dan implementasi sistem; (5) Penerapan sistem pengoperasian.
Kelima faktor ini penting dan perlu dipertimbangkan.
d. Pelaporan. Laporan audit
didistribusikan kepada manajemen dan dewan audit. Isi laporan ini bervariasi
sesuai dengan tujuan manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar